google

hidayah

  • hendrasihotang@yahoo.com
  • putrisusilo@yahoo.com
  • ziaulhaq-elhi.blogspot.com/

Senin, 12 April 2010

silaturrahmi

يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan isterinya; dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu (Q.S. an-Nisa’ (4): 1)
Makna Silaturrahim
Secara kebahasaan silaturrahim merupakan kata majemuk yang terambil dari kata bahasa Arab, yaitu shilat dan rahim. Kata shilat berasal dari kata washala yang berarti menyambung atau menghimpun. Sedangkan kata rahim pada mulanya berarti kasih sayang, kemudian berkembang sehingga berarti pula peranakan (kandungan), karena anak yang dikandung selalu mendapatkan curahan kasih sayang.
Rasulullah SAW. mendefenisikan orang yang bersilaturrahim melalui hadisnya:
لَيْسَ الْوَاصِلُ بِالْمُكَافِئِ وَلَكِنْ الْوَاصِلُ الَّذِي إِذَا قُطِعَتْ رَحِمُهُ وَصَلَهَا

Bukanlah bersilaturrahim orang yang membalas kunjungan atau pemberian, tetapi yang bersilaturrahim adalah orang yang jika diputuskan silaturrahim, maka ia sambung shilaturrahim tersebut (H.R. Bukhari, at-Turmudzi, Abu Daud dan Ahmad bin Hanbal).
Pentingnya Silaturrahim
Silaturrahim merupakan hal yang sangat penting, sehingga tidak jarang dalam sejumlah ayat Allah gandengkan antara perintah untuk tunduk dan patuh kepada-Nya dengan perintah untuk menciptakan kedamaian dan kerukunan serta menghindarkan perpecahan dengan sesama manusia. Misalnya firman Allah SWT.:

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ ءَايَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ

Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan ni`mat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena ni`mat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk (Q.S. Ali Imran (3): 103)

Banyaknya ayat-ayat yang senada maknanya dengan ayat di atas mengindikasikan bahwa ciri keimanan dan ketakwaan seseorang akan tampak pada sikapnya kepada Allah SWT. dan kepada sesama manusia. Hal ini semakin jelas bila kita amati sejumlah hadis Nabi SAW. Seperti sabda Nabi SAW. berikut ini:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ

Siapa yang beriman dengan Allah dan hari akhirat, maka muliakan tamunya. Siapa yang beriman dengan Allah dan hari akhirat, maka hubungkan silaturrahim. Siapa yang beriman dengan Allah dan hari akhirat, maka berkata baiklah atau (jika tidak mampu lebih baik) diam (H.R. Bukhari).
Hadis di atas secara tegas mengatakan bahwa ciri dari orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat adalah mereka yang memuliakan tamu, memelihara hubungan silaturrahim dan berkata baik atau (jika tidak mampu berkata baik lebih baik) diam. Dengan demikian, silaturrahim adalah ciri dari keimanan seorang muslim. Oleh sebab itu, jika ada seseorang yang suka memutuskan silaturrahim, berarti dia belum memiliki keimanan yang baik.
Terkait dengan silaturrahim, suatu hari Aisyah menyampaikan sebuah berita kepa Nabi SAW.: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya di suatu kampung ada seorang wanita salehah. Ia rajin shalat dan berpuasa. Ia juga menunaikan ibadah haji. Barangkali, inilah wanita yang akan mendapatkan curahan rahmat dan kasih sayang Allah”.
Rasulullah menjawab: “Wahai Aisyah, kalau kau ingin tahu contoh wanita yang mendapatkan murka dari Allah dan tidak mendapatkan rahmat serta kasih sayang Allah dialah wanita itu”.
Aisyah menjawab: “Tidak mungkin. Ia rajin shalat dan puasa. Ia juga menunaikan ibadah haji. Ia sering mendoakan anda sekeluarga dengan membaca shalawat”. Nabi SAW. menjawab: “Saya tahu betul wanita itu rajin shalat dan puasa, tapi ia sering bertengkar dengan tetangga”.
Ungkapan Rasul SAW di atas memberi gambaran bahwa keselamatan akan diperoleh tidak saja dengan menjalin hubungan baik dengan Allah saja, tetapi juga harus dibuktikan dengan usaha menciptakan kedamaian, persaudaraan dan silaturrahim dengan sesama manusia. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT berikut ini:

ضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ أَيْنَ مَا ثُقِفُوا إِلَّا بِحَبْلٍ مِنَ اللَّهِ وَحَبْلٍ مِنَ النَّاسِ

Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia (Q.S. Ali Imran (3): 112)
Suatu waktu Rasul SAW ditanya oleh sahabat tentang amal apa yang paling dicintai Allah SWT. Secara berurutan Nabi menyebutkan: iman kepada Allah, bersilaturrahim dan amar ma’ruf nahi munkar. Sebaliknya, Nabi juga pernah ditanya tentang amalan apa yang paling dimurkai Allah, Nabi menjawab: syirik (mensekutukan Allah) dan memutuskan silaturrahim.
Berdasarkan uraian di atas tampak jelas bahwa silaturrahim adalah suatu hal yang sangat penting untuk dipelihara oleh setiap orang yang beriman.
Upaya Memelihara Silaturrahim
Banyak upaya yang diajarkan oleh Allah SWT. dan Rasulullah untuk memelihara silaturrahim tersebut, antara lain:
1. Hindarkan dari perbuatan mengolok-olok yang akan menyinggung perasaan orang lain, jangan mencela, memanggil dengan gelar-gelar yang buruk, berprasangka buruk, mencari-cari kesalahan orang lain, dan jangan suka menggunjing (Q.S. al-Hujurat (49): 11-12).
2. Memperlakukan manusia dengan perlakuan ihsan, yaitu memperlakukan baik manusia yang tidak baik kepadanya dan memperlakukan leebih baik terhadap manusia yang sudah berlaku baik kepadanya. Inilah yang diperintahkan Allah SWT melalui ayat-Nya:

وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا

Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri (Q.S. an-Nisa’ (4): 36)
Perintah berbuat ihsan tersebut juga ditemukan dalam an-Nahl (16) ayat 90
3. Tunaikan hak-hak sesama muslim. Di antara hak-hak yang dimaksud diuraikan Nabi SAW. dalam hadisnya berikut ini:

حَقُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ خَمْسٌ رَدُّ السَّلَامِ وَعِيَادَةُ الْمَرِيضِ وَاتِّبَاعُ الْجَنَائِزِ وَإِجَابَةُ الدَّعْوَةِ وَتَشْمِيتُ الْعَاطِسِ

Hak seorang muslim atas muslim lainnya ada lima, yaitu: menjawab salam, menjenguk orang sakit, mengantarkan jenazah (ke pemakaman), memenuhi undangan dan mendoakan orang bersin (H.R. Bukhari)
4. Ibrahim bin Adam menyebutkan bahwa ada dua hal yang harus dipersiapkan untuk menjalin persaudaraan dan silaturrahim, yaitu siapkan sebagian hartamu untuk membantu temanmu pada saat ia membutuhkan dan siapkan kesabaran untuk menghadapi kekeliruannya kepadamu.

Jika beberapa poin di atas diperhatikan dan dilaknakan dengan baik, maka silaturrahim yang diperintahkan Allah SWT dan Nabi SAW dapat terwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Silaturrahim seperti inilah yang dikatakan oleh Nabi SAW sebagai suatu yang akan memperpanjang umur, memudahkan rezki dan menghindarkan diri dari mati buruk.